Pemimpin dengan hati memimpin dengan empati
- ardybad
- Jul 24, 2018
- 3 min read
Updated: Jun 26, 2019
Hello! melanjutkan tulisan saya tentang apa yang harus kamu lakukan saat teman atau keluargamu yang sedang depresi/sedih karena kehilangan, mudah-mudahan kita mengerti bagaimana empati harus diterapkan dalam kehidupan kita. Ya harapan saya semakin banyak orang yang peduli dengan sesama dan tentang kemanusiaan, kehidupan ini akan semakin damai. Yaaaa kamu lihat sendirilah bagaimana sikap orang-orang (atau kita) menjalani hidup dimasyarakat. Apa sebagai contributor, trouble-maker, atau inspirator buat kehidupan orang lain.
Di artikel ini saya mau berbagi untuk kamu khususnya pengusaha pemula untuk mengembangkan bisnis kamu mulai dari diri kamu sendiri. Disclaimer, tulisan ini tidak dibuat untuk mengajari atau pun memerintah kamu untuk merubah caramu memimpin usaha yang kamu jalani. Jadi, tanggapi dengan bijak YA.
"Pemimpin haruslah bisa menginspirasi pengikutnya untuk menggapai visi yang sama dengan pemimpin-nya."
Bagi kamu yang menganut prinsip "Pembeli adalah raja," maka focus kamu akan ke pembeli (konsumen) kamu. Well, BAGUS. Kalau kamu di sini sebagai single-employee, di mana kamulah boss dan karyawannya. Konsep ini diawal bisa diterapkan dengan cepat karena hanya butuh manajement satu orang. YA KAMU SENDIRI. Tapi, saat bisnismu mulai berkembang, kamu butuh karyawan untuk membantu kamu. Nah, disini peran seorang pemimpin haruslah, mau tidak mau, muncul dari kamu. Semua orang ingin jadi pemimpin yang baik. Tentu gak akan ada yang mau punya boss menjengkelkan. "Pemimpin haruslah bisa menginspirasi pengikutnya untuk menggapai visi yang sama dengan pemimpin-nya." Dari buku Start with Why. Ditulisan ini saya mau menekankan empati sebagai salah satu strategi untuk menginspirasi karyawan-karyawan kamu.
Setelah kamu membaca tulisan saya sebelumnya, empati dalam dunia kepemimpinan khusunya bisnis bisa sama/sedikit berbeda dalam penerapannya. Kembali lagi kepada seperti apa personality kamu di masyarakat. Hal yang sama salah satunya adalah pentingnya pengendalian diri, seperti poin pertama di tulisan sebelumnya. Dalam dunia manajemen bisnis akan sangat beragam masalah yang muncul apalagi berkaitan dengan karyawan. Saya lebih sering menyebutnya dengan Emotional Intelligent (EQ), dimana inteligen ini berpengaruh pada sikap, tindakan, dan kebiasaanmu merespon suatu keadaan atau situasi yang sedang terjadi. Cukup banyak orang-orang yang salah mengerti antara "Diam saja" dan "Tenang" dalam konsep EQ ini. Intinya, tanda dari kondisi kejiwaan yang tenang adalah kamu mampu mengambil keputusan dengan "sadar." Buat kamu yang penasaran dengan skill mengembangkan EQ ini, tunggu postingan-postingan saya berikutnya ya. ☺️

Kemudian kemampuan menjadi pendengar yang baik tidak kalah penting dalam memahami karyawan, khususnya dari sisi kemanusiaan (rasa ingin diakui dan dipedulikan). Caranya adalah, lemparkan pertanyaan terbuka (open questions) yang di mana mereka akan merespon dengan jawaban yang emosional. Yang akan kamu perhatikan dari metode ini adalah bukan hanya jawaban yang disampaikan, melainkan juga bahasa tubuh (body language) dari orang yang kamu tanya tersebut dan kamu bisa evaluasi dari situ. Selain itu, tanggapanmu juga tak kalah penting. Kembali lagi ke pengendalian diri, mungkin saat itu kamu mendengar jawaban yang kurang enak atau masalah baru muncul. Baiknya, kamu sudah menunjukan kepedulian kamu dengan karyawanmu karena mau mendengarkan dia/mereka menyampaikan hal yang mau/harus mereka sampaikan. Dengan kata lain, kamu juga belajar memahami berbagai sudut pandang yang akan jadi bekal dalam proses pengambilan keputusan.
Bentuk empati berikutnya adalah menunjukan rasa kepedulian dengan nyata. Kata-kata mungkin bekerja untuk beberapa kali, tapi ini saja tidak cukup bahkan tidak baik juga berlebihan dilakukan. Menurut saya bakal terlihat tidak tulus atau fake. Contoh yang real di sini bisa berupa pemberian, contoh Awards: Employee of the Month — The highest 5-star ratings sales person review in a month. Saya buat-buat sendiri sih 😁 mudah-mudahan kamu ngerti ide nya. Jelas, spesifik dan berikan bukti bahwa kontribusi kerja mereka membawa hasil yang nyata. Kamu bisa modifikasi sendiri sesuai bisnis kamu.
Sebagai penutup, perlu diingat bahwa EQ, termasuk empati, adalah keahlian yang butuh dikembangkan. Pengembangan empati bagi seorang individual membutuhkan pendidikan karakter yang berkembang dari belajar dan pengalaman. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca; and, keep doing something good!
Comentários